Memperbaiki Hidup dengan Memperbaiki Salat
Salat ibarat nafas kehidupan bagi seorang Muslim. Ia bukan hanya sekadar kewajiban lima waktu, tetapi sumber cahaya yang dapat menghidupkan iman, memperbaiki akhlak, dan menenteramkan jiwa. Tidaklah Allah mensyariatkan salat kecuali untuk memelihara hubungan manusia dengan-Nya, karena dalam salat ada zikir, doa, dan penghambaan yang menjadi sumber ketenangan sejati.
Namun sayangnya, di tengah hiruk-pikuk kehidupan saat ini, banyak manusia yang melalaikan salat. Ada yang salat hanya sekadar menggugurkan kewajiban, ada pula yang tergesa-gesa, bahkan ada pula yang dengan sengaja meninggalkannya karena kesibukan dunia. Padahal, sejatinya keberkahan hidup bergantung pada sejauh mana kita menjaga hubungan dengan Allah melalui salat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الأَمْرِ: الإِسْلامِ، وَعَمُودُهُ: الصَّلاةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله
“Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bahwa salat adalah tiang agama. Tanpa tiang, bangunan Islam dalam diri seseorang akan roboh.
Artinya, salat bukan sekadar rutinitas, tetapi tiang penyangga bagi seluruh amal. Apabila salatnya baik, amal lainnya pun akan baik. Sebaliknya, apabila salat rusak, maka amalan lain pun ikut rusak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ أولَ ما يُحاسَبُ به العبدُ يومَ القيامةِ من عملِه صلاتُه ، فإن صَلُحَتْ فقد أَفْلَحَ وأَنْجَح ، وإن فَسَدَتْ فقد خاب وخَسِرَ ، فإن انْتَقَص من فريضتِه شيئًا ، قال الربُّ تبارك وتعالى : انْظُروا هل لعَبْدِي من تَطَوُّعٍ فيُكَمِّلُ بها ما انتَقَص من الفريضةِ ، ثم يكونُ سائرُ عملِه على ذلك
“Sesungguhnya amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Jika salatnya baik, maka ia telah beruntung dan sukses. Namun jika salatnya rusak, maka ia telah gagal dan merugi.
Apabila pada salat wajibnya terdapat kekurangan, maka Allah Tabaraka wa Ta‘ala berfirman, ‘Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan salat sunah? Maka dengan (salat sunah) itu bisa disempurnakan kekurangan dari salat wajibnya.’
Kemudian seluruh amalan lainnya juga akan dihisab dengan cara seperti itu.” (HR. Tirmidzi)
Salat dan ketenangan jiwa
Hidup ini sering kali membuat kita lelah dan gelisah. Banyak orang yang merasakan kegundahan tanpa sebab yang jelas, hati sempit, pikiran kacau, dan rezeki tersendat. Sebagian orang berusaha mencari solusi dengan kesenangan duniawi, tetapi tidak juga menemukan ketenangan di dalam hatinya. Padahal, penyebab utamanya bisa jadi adalah kurang baiknya hubungan antara dirinya dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS. Taha ayat 14,
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.”
Salat adalah sarana untuk mengingat Allah. Saat hati senantiasa ingat kepada-Nya, maka ketenangan akan turun. Oleh karena itu, Allah berfirman,
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‘d: 28)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan salat sebagai tempat beristirahat dari keletihan dunia. Beliau bersabda kepada Bilal bin Rabah,
يَا بِلَالُ أَقِمِ الصَّلَاةَ أَرِحْنَا بِهَا
“Wahai Bilal, tegakkanlah salat, istirahatkanlah kami dengannya.” (HR. Abu Dawud)
Bagi orang beriman, salat bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah ibadah penting yang dapat mendamaikan dan menenangkan jiwa. Bagaimana tidak? Seorang hamba di saat sujudnya, ia melupakan dunia dan menumpahkan seluruh keluh kesah kepada Rabb yang Maha Mendengar.
Salat sebagai benteng dosa dan sumber keberkahan
Salat juga menjadi benteng dari maksiat dan sumber keberkahan hidup. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
Salat yang benar akan memperbaiki perilaku, menundukkan hawa nafsu, dan menanamkan rasa takut kepada Allah. Orang yang menjaga salatnya dengan baik akan malu untuk bermaksiat, karena ia sadar bahwa setiap kali berdiri di hadapan Allah, ia membawa dosa yang harus dihapus dengan tobat.
Selain mencegah maksiat, salat juga mendatangkan rezeki dan keberkahan. Allah berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.” (QS. Taha: 132)
Siapa saja yang menjaga salatnya, Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Sebaliknya, siapa saja yang menyepelekannya, hidupnya akan terasa penuh dengan kesempitan, meskipun secara zahir tampak kaya dari segi harta.
Lalai dari salat
Zaman modern telah membawa banyak kemudahan bagi manusia di segala aspek kehidupannya, tetapi sayangnya kemudahan yang ada bisa menjadi sebab manusia jauh dari Tuhannya. Kesibukan dunia membuat banyak orang menunda salat, bahkan meninggalkannya. Sebagian besar beralasan “nanti saja”, padahal “nanti” itu bisa jadi tidak akan pernah datang.
Allah mengancam orang yang lalai dari salat dalam firman-Nya,
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ، الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka celakalah orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya.” (QS. Al-Ma‘un: 4–5)
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang melaksanakan salat saja masih mungkin mendapatkan ancaman karena masih lalai dalam salatnya. Maka tak heran, ketika seseorang meninggalkan salat, hidupnya menjadi sempit dan hatinya hampa. Ia mungkin memiliki banyak harta, tetapi tidak merasa cukup; ia punya banyak teman, tapi merasa kesepian. Sebab, Allah mencabut keberkahan dari hidup orang yang lalai dari salat.
Salat sebagai cermin kedekatan dengan Allah
Salat adalah tanda bahwa seorang hamba masih memiliki hubungan dengan Rabb-nya. Semakin ia menjaga salat, ia semakin dekat kepada Allah. Salat adalah momen paling agung untuk “berbicara” dengan Allah. Di saat sujud, kita berada pada posisi paling rendah, namun justru saat itulah kita paling dekat dengan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Posisi paling dekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika ia bersujud. Maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim)
Hidup yang baik dimulai dari salat yang baik
Hidup yang baik bukanlah hidup yang tanpa masalah, tetapi hidup yang diberi kekuatan oleh Allah untuk menghadapinya. Dan kekuatan itu datang dari salat yang khusyuk dan istikamah.
Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.” (QS. Al-Mu’minūn: 1–2)
Salat yang khusyuk akan memperbaiki hati. Hati yang baik akan memperbaiki seluruh amal. Dan amal yang baik akan memperbaiki hidup. Maka benar ungkapan para ulama,
مَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ، وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ كَفَاهُ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ، وَمَنِ اهْتَمَّ بِأَمْرِ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دُنْيَاهُ
“Barangsiapa memperbaiki keadaan batinnya, maka Allah akan memperbaiki keadaan lahiriahnya. Barangsiapa memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan mencukupinya dalam urusan hubungannya dengan manusia. Dan barangsiapa memberikan perhatian pada urusan akhiratnya, maka Allah akan mencukupinya dalam urusan dunianya.” [1]
Maka, jika hidup terasa berat, jangan buru-buru menyalahkan keadaan. Bisa jadi, Allah sedang mengingatkan kita untuk memperbaiki salat. Karena dengan memperbaiki salat, Allah akan memperbaiki hidup kita seluruhnya, yaitu kehidupan dunia dan akhirat.
Wallahu Ta‘ala a‘lam bish-shawab.
Baca juga: Nasihat Untukmu yang Selalu Merasa Gagal dalam Kehidupan
***
Jember, 22 Jumadil Ula 1447
Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Al-Ikhlas wa An Niyyah, karya Ibnu Abi Ad-Dun-ya, hal. 54 (melalui Maktabah Syamilah).
Artikel asli: https://muslim.or.id/110781-memperbaiki-hidup-dengan-memperbaiki-salat.html